-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Permainan Tradisional dan Pembentukan Karakter Sejak Dini

| Jumat, Desember 08, 2023 WIB Last Updated 2023-12-08T04:26:12Z

 

Ilustrasi (Sumber:dictio.id)


Permainan tradisional adalah salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Permainan tradisional tidak hanya mengandung nilai-nilai seni dan estetika, tetapi juga nilai-nilai pendidikan dan karakter.

Bawasannya permainan tradisional dapat membantu anak-anak usia dini untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan mereka, seperti kognitif, sosial, emosional, moral, dan fisik. 

Permainan tradisional dapat membentuk karakter anak sejak dini dengan cara-cara berikut:

Permainan tradisional melatih kreativitas dan imajinasi anak. Anak-anak dapat menciptakan permainan dengan menggunakan bahan-bahan sederhana yang ada di sekitar mereka, seperti batu, kayu, daun, atau kertas.

Anak-anak juga dapat menentukan aturan dan tujuan permainan sesuai dengan kesepakatan bersama. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif anak.

Permainan tradisional mengajarkan kerjasama dan gotong royong. Kebanyakan permainan tradisional dimainkan secara berkelompok, sehingga anak-anak harus saling berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. 

Anak-anak juga dapat belajar menghargai perbedaan, menghormati pendapat orang lain, dan menyelesaikan konflik secara damai. Hal ini dapat membentuk sikap toleran, demokratis, dan solidaritas anak.

Permainan tradisional menanamkan nilai-nilai moral dan etika. Permainan tradisional seringkali mengandung pesan-pesan moral dan etika yang dapat menjadi pedoman hidup anak.

Misalnya, permainan congklak mengajarkan anak untuk berhemat, berbagi, dan bersabar. Permainan engklek mengajarkan anak untuk jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. 

Permainan egrang mengajarkan anak untuk berani, mandiri, dan pantang menyerah. Hal ini dapat membentuk karakter yang baik, mulia, dan berakhlak anak.

Permainan tradisional menyehatkan jasmani dan rohani anak. Permainan tradisional melibatkan aktivitas fisik yang dapat melatih kesehatan, kekuatan, kelincahan, dan keseimbangan tubuh anak. Permainan tradisional juga memberikan kesenangan, kegembiraan, dan kepuasan batin anak. 

Permainan tradisional dapat mengurangi stres, kecemasan, dan kebosanan anak. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan kualitas hidup anak.

Senada dengan gagasan di atas, Cahyono sebagaimana dikutip oleh Haerani Nur dalam Jurnal Pendidikan Karakter (2013:92-93) menjelaskan bahwa permainan tradisional dapat membentuk karakter positif: 

Pertama, belajar berinovasi, karena permainan tradisional cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan sekitar tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi.
 
Kedua, belajar sosialisasi diri (mengasah potensi interpersonal), sebab setiap permainan anak-anak melibatkan permainan yang relatif banyak.

Ketiga, permainan tradisional menilik nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap lapang dada (kalau kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan.


Hal senada dijelaskan oleh oleh Misbach (2006:7) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:pertama, aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensori motorik, motorik kasar, dan motorik halus; 

Kedua, aspek kognitif dengan mengembangkan imajinasi, kreativitas,problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pemahaman kontekstual;

Ketiga, aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah empati dan pengendalian diri; Keempat, aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai.

 Kelima,Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi, bekerja sama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum; 

Keenam, aspek spiritual, permainan tradisional dapat membawa anak untuk menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental);

Ketujuh, aspek ekologis dengan memfasilitasi anak untuk dapat memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana; Kedelapan, Aspek nilai-nilai/moral dengan memfasilitasi anak untuk dapat menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya (Nur.H, 2013:93).
 
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak sejak dini. Oleh karena itu, permainan tradisional harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu media pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Permainan tradisional dapat menjadi alternatif bagi permainan modern yang seringkali bersifat konsumtif, individualis, dan adiktif. Permainan tradisional dapat menjadi sarana untuk melestarikan budaya, mengembangkan potensi, dan membentuk karakter anak usia dini yang unggul.
 
Permainan tradisional sebagai bagian dari budaya turut membentuk karakter anak pada usia prasekolah dan usia sekolah dasar berbasis potensi lokal. Potensi lokal yang berkembang pada kehidupan masyarakat akar rumput, menghantarkan makna pendidikan yang berbasis masyarakat.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat 16 mendefinisikan Pendidikan berbasis masyarakat sebagai penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
 
Jeneis Permainan Masa Kecil
Jenis permainan masa kecil bila direfleksikan sekarang ternyata syarat nilai-nilai edukatif yang mengarah pada pembentukan dan penguatan karakter. 

Di antara banyaknya permainan masa kecil, penulis mencoba melihat salah satunya saja, yakni permainan tradisional yang menggagas bermain peran.

 Tentu banyak permainan tradisional yang melibatkan bermain peran anggota kelompok, salah satunya adalah simulasi kehidupan rumah tangga.

Penulis menyebutkan simulasi kehidupan rumah tangga, sebab sampai saat ini penulis belum menemukan arti yang tepat untuk menyebutkan permainan tersebut, yang dalam bahasa Kempo-nya (wilayah tengah Manggarai Barat) pande ipang/pande lambu.

Pada permainan ini anak-anak biasanya dibentuk dalam kelompok. Dalam kelompok secara sadar anak-anak membagikan tugas ada yang berperan sebagai sosok ayah, sosok ibu, dan sosok anak.
 
Menariknya dalam permainan tersebut, yang berperan sebagai sosok ayah melaksanakan tugas sebagai ayah, misalnya cari kayu api, pergi belanja di pasar, dan lain-lain, sementara yang berperan sebagai ibu melaksanakan tugas memasak menggunakan tempurung, menimba air, membujuk yang berperan anak saat anak menangis, menyiapkan "makanan" secara adil kepada semua anggota keluarga (anggota kelompok yang terlibat dalam permainan)
 
Sadar atau tidak dalam permainan sederhana ini, dan permainan tradisional lainnya memiliki nilai edukasi yang dijadikan media untuk mengkomunikasikan kepada anak-anak itu sendiri tentang bertanggung jawab, sosialisasi diri (self sosialitasion) dengan orang lain, belajar memimpin (leadership), belajar bagaimana berpikir dan bertindak dalam anggota kelompok, belajar kerja tim (teamwork), belajar beretika (learning ethics), belajar kerja individu dan kerja bersama (learning individual & team work), belajar berkomunikasi (communication), analisis persoalan (problem analysis) dan perancangan/pengembangan untuk solusi.
 
Bahkan dalam permainan tradisional secara intrinsik mengarahkan anak-anak berpikir inovatif dan kreatif, sebagai contoh, dalam simulasi kehidupan keluarga anak-anak menggunakan tempurung sebagai ganti periuk, membuat mobil dari kayu sebagai alat permainan, membuat gasing, dan masih banyak inovasi lainnya. 

Artinya di saat bersamaan anak-anak sedang berpikir merekonstruksikan alat-alat permainan tradisional. Singkat kata bahwa permainan tradisional mengasah soft skills dan hard skills secara sekaligus. Harus diakui pula semuanya memiliki dampak negatif dan positif.
 
Terlepas dari akibat negatif, nilai-nilai edukatif permainan tradisional selaras dengan nilai-nilai karakter yang dapat ditanamkan pada anak-anak usia dini (0-6 tahun) yaitu: (1) aspek spiritual, (2) aspek personal/kepribadian, (3) aspek sosial, dan (4) aspek lingkungan. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang melibatkan penanaman pengetahuan, kecintaan dan penanaman perilaku kebaikan yang menjadi sebuah pola/kebiasaan. Pendidikan karakter tidak lepas dari nilai-nilai dasar yang dipandang baik.

Pada pendidikan anak usia dini nilai-nilai yang dipandang sangat penting dikenalkan dan diinternalisasikan ke dalam perilaku mereka mencakup: Kecintaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran disiplin, toleransi dan cinta damai, percaya diri, mandiri, tolong menolong, kerja sama, dan gotong royong, hormat dan sopan santun, tanggung jawab, kerja keras, kepemimpinan dan keadilan, kreatif, rendah hati, peduli lingkungan serta cinta bangsa dan tanah air (Dian Kristiana, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan PraSekolah dan Sekolah Awal (journal.umpo.ac.id).


Terima kasih. Semoga Bermanfaat

Iklan

×
Berita Terbaru Update