Wisuda menjadi momen istimewa bagi semua mahasiswa dan mahasiswi yang telah dinyatakan lulus.
Salah satunya keistimewaan pelaksanaan wisuda adalah mendapat pengesahan langsung oleh rektor dari universitas, biasanya dilambangkan dengan memakai jubah dan topi toga.
Bagi wisudawan, momen ini tidak menyiratkan bukti
perjuangan selama kurang lebih 4 tahun. Sebaliknya bukti cinta, kasih, dukungan
dan perjuangan orang tua.
Nah, bagi Anda yang hari ini diwisuda atau akan diwisuda
berikut adalah puisi yang Anda dapat renungkan bahkan dapat dibacakan saat
acara syukuran wisuda.
/a/
Toga
entah mengapa
warnanya hitam
karena hitam,
dilawan dalam perjuangan, mencari terang
hitam adalah
kegelapan (gelap) dilawan hingga terang digenggam
hitam, alasanku
terus melangkah hingga hari ini terpancar sinar kebahagiaan
kegelapan telah
kukalahkan, hari ini ku berdiri di sini mengenakan toga ini
Awalnya aku diutus untuk mencari terang
kini ku kembali diutus membawa terang
bekal telah kudapat, akal telah diasah untuk berpikir rasional dari berbagai sudut pandang. Sebagaimana toga yang kukenakan hari ini, yang bentuknya seperti persegi (segi lima).
/b/
Toga ini
membuat aku semakin anggun berdiri di sini
toga ini, membuat wajah kedua insan meneteskan air
mata
toga ini, membuat kedua insan menatapku dengan
senyuman kebahagiaan
toga ini, membuat aku mengerti akan cinta dan
ketulusan mereka.
mereka, adalah orang yang tak asing bagiku. Bapa dan
mama.
Hari ini ku berdiri di sini mengenakan toga dan berseragam wisuda
kutatap kedua sosok yang tak pernah mengingkari janji
senyuman mereka mengingatkan aku akan liku-likunya
perjuangan mereka
pahit manisnya perjalanan perjuanganku
tak terlepas dari kasih sayang kedua insan itu
mereka adalah orang tuaku.
Senyuman mereka membuatku tertegun untuk kesekian
kalinya
kembali melihat pedihnya perjuangan mereka hingga aku dapat mengenakan toga ini
Ayah dan ibu
hari-harimu amat pelik
membiarkan diri termakan terik
tak peduli hujan yang menusuk sendi hingga menggigil
semuanya menjadi alasanku untuk terus maju menggenggam
mimpi.
Ketulusanmu
perjuanganmu dari pagi hingga pagi
adalah alasan toga ini
/c/
Ayah dan ibu
hari ini kutersenyum oleh senyumanmu
air mataku seakan mengalir dengan cepat
saat kembali ku merenungkan cinta dan kasihmu yang
tanpa batas
aku yang hari ini dengan gagah mengenakan toga
aku yang hari ini dilantik menjadi sarjana
aku yang hari ini resmi diutus untuk kembali menabur
benih
aku yang hari ini dilepaskan di tengah dunia,
mengabdi demi menjawab amanat Negara.
aku yang hari ini kembali menjawab harapan orang tua.
Bapa dan mama
maafkanlah anakmu
mungkin ada
bara api yang keluar dari lidahku
mungkin mataku tertutup melihat pedihnya perjuanganmu
bapa dan mama aku tahu, di hatimu tak ada arang
hatimu bagai salju yang selalu menghadirkan kelembutan
dalam kiprahku
hatimu bagi air yang selalu mengalirkan kesegaran, di
kala aku lemah
hatimu bagai air yang pandai mencari cela untuk
membahagiakan buah hatimu
walau ragamu yang dulu tegar, kini mulai membungkuk
rambutmu yang dulu hitam, kini mulai memutih
kulitmu yang dulu kencang, kini mulai keriput
namun kasihmu tak kunjung pupus, hingga kini ku merasakan
itu
/d/
bapa dan mama sajak-sajakku tak cukup, lagi tak pantas
untuk jasamu
penaku tak layak menulis di atas keringatmu
kataku tak selaras dengan caramu membahagiakanku
karena aku tahu, menjadi sarjana ada ladangnya untuk
memetik
namun tak ada tempat formal untuk belajar menjadi
orang tua
yang pandai melukis kasih untuk buah hatinya
bapa dan mama, sapamu dalam lapar,
senyuman dalam kepedihan,
cakapmu dalam keletihan
membingkai seluruh perjalanan kisahku
semuanya bagai air yang mengalirkan keteduhan dalam
dengarku
bagai salju yang amat lembut di setiap sudut ceritaku
Bapa dan mama
kutersenyum, oleh senyumanmu
Air mataku saat ini adalah air mata kebahagiaan
toga ini kusembahkah untukmu, ayah dan ibu
terima kasih ayah dan ibu
terima kasih almamaterku.
Terima kasih, semoga puisi tentang wisuda ini bermanfaat.
Simak Video berikut ini