-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Masa Kecil, Kebahagiaan Begitu Sederhana Tetapi Sangat-Indah, Senang dan Susah Dinikmati || Perjalanan Hidupku/My Life Journey, Episode 1

| Sabtu, Maret 11, 2023 WIB Last Updated 2024-07-11T06:57:48Z



Masa Kecil,Kebahagiaan Begitu Sederhana Tetapi Sangat-Indah, Senang dan Susah Dinikmati-Bagi generasi tahun 90-an pasti masing-masing memiliki kisah masa kecil, kisah keseruan bermain tanpa gadget. Apalagi seperti saya yang lahir dan dibesarkan di kampung terpencil, yang bila pagi hari disambut dengan suara burung, dan di sekeliling kampung hanya melihat kehijauan alam.


Oh ya, izin perkenalan, saya Benediktus Feliks Hatam (BFH) adalah nama lengkap dari Feliks. Di berbagai artikel dan atau tulisan saya sering menyematkan nama Feliks Hatam.


Saya generasi 90-an, sekarang usia sudah mendekati kepala tiga, dan saat menulis ini masih bujang alias jomblo, wkwkwk…


Saya lahir dan dibesarkan di daerah sangat pedalaman. Bagi saya yang dibesarkan di pedalaman mempunyai sensasi dan keseruannya.


Pada artikel epiosede 1 di laman felikshataid.com ini saya menceritakan suka dan duka, senang dan keseruan saya dengan teman-teman di watu kecil, yang dengan jelas kisah-kisah itu masih kuat dalam ingatan saya sampai sekarang.

Oh ya, sebelum lanjut, saya perkenalkan keluarga dan adik-adik saya.

Feliks Hatam, anak sulung dari pasangan Theodorus  dan Theresia  Saya memiliki empat orang adik, yakni Fabi, Linda, Tata dan Lon. Kami dibesarkan dari keluarga sangat sederhana. Ayah kami berprofesi sebagai petani, dan ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT)


Di masa kecil, kami selalu bersama Bapak dan Ibu berkebun, bahkan tidur di kebun. Momen-momen ini, menurut saya sebuah keberuntungan, karena bagi kami orang desa, memiliki sensasi tersendiri bila bisa tidur di kebun.


Saat tidur di kebun, kami dapat mendengar suara jangkrik, menghirup udara yang segar, mendengar riuh suara burung, dan bangun di pagi hari mata langsung menatap padi dan jagung yang sedang bertumbuh segar. Lalu bila hujan tiba, kami duduk di teras pondok yang beratapkan alang-alang, bercanda gurau dengan Bapak dan Mama sambil menikmati kopi dan ubi.


Tentu banyak kisah menarik lainya yang membuat saya dan adik-adik saya bersyukur hingga hari ini. Orang tua kami yang berusaha membesarkan dan mendidik kami dengan penuh kasih sayang dan cinta. Untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari, Bapak tidak pernah lelah membajak sawah dan membersihkan pohon kemiri.


Kadang-kadang kala itu, Bapak juga tidur di hutan saat ada orang yang membutuhkan papan untuk membuat rumah. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup kami.

 

Menyenangkan

Di masa kecil, ada sejumlah aktivitas yang menyenangkan. Ya, maklum anak kampung yang jauh dari keramaian kota. 


Beberapa aktivitas kami saat kecil yang menyenangkan adalah mencari kayu api, kami selalu senang untuk menyediakan stok kayu api di rumah. Selain itu, pagi hari kami ke kebun untuk membantu mama dan bapak atau sekedar untuk bermain. 


Masa-masa kecil kami boleh dibilang lebih banyak di kebun.  Tentu masih banyak kegiatan lainnya yang menyenangkan di masa kecil.


Nah, selain itu, ada beberapa momen yang ditunggu-tunggu, yakni membuka kebun baru, menanam padi dan mengetam. Masing-masing momen itu mempunyai sensinya sendiri. 


Sementara, hari yang ditunggu-tunggu adalah hari Rabu. Karena di hari itu (Rabu) orang tua kami ke pasar.


Oh, ya, hari Rabu adalah hari yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di wilayah saya (tidak hanya di kampung saya) untuk membeli kebutuhan sehari-hari dan menjual hasil bumi seperti kemiri, kopi, coklat, dll. Pasar ini berada di Rekas, kecamatan Mbeling, Kabupaten Manggarai Barat.


Nah, untuk kami di masa kecil, mengapa hari Rabu ditunggu-tunggu? karena di hari itu, orang tua kami membeli ikan dan jajan seadanya.


 

Permainan, Mainan dan Kreativitas

Bagi anak kampung, banyak jenis alat permainan  yang digunakan. Alat permainan itu dirakit dan tidak mengeluarkan uang.


Misalnya, membuat mobil mainan dari botol bimoli bekas, membuat mobil mainan dari kayu dan bambo dan membuat gasing. Ya, pada intinya, orang tua kami tidak mengeluarkan uang untuk mendapatkan alat mainan.


Permainan yang paling seru lagi adalah masak-masakan, petak umpet, lompat tali, hujan-hujanan, mobil-mobilan, sondah/engklek, tarik tambang, engrang, dan lain sebagianya. Jenis permainan ini unik dan menyenangkan.


Menyedihkan

Saya ingat persis, kala itu musim hujan, kami tidur di kebun. Stok padi dan beras menipis. Bapak dan mama memang tidak menceritakan kepada kami. Ya…maklumlah, kami masih kecil.


Bapa dan mama makan jagung dan sesekali makan ubi untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam. Tetapi untuk kami putra dan putrinya disiapkan nasi, walau stok beras semakin menipis.


Hingga pada suatu Ketika, disaat beras semakin sedikit, Bapa pergi menjual mentimun dan sayur di salah satu pasar tradisional, yakni Pasar Terang (saat ini masuk di Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat-NTT). 


Musim itu, adalah musim hujan, jarak antara pasar dan kampung kami sangat jauh. Untuk sampai ke pasar, Bapa harus jalan kaki melewati hutan “belantara”, bukit dan lembah dan beberapa sungai.


Bersyukur

Masa Kecil, Senang dan Susah Dinikmati. Oleh semua situasi itu, kami ditempa dan didewasakan. Keadaan serba terbatas menempa kami untuk selalu tegap.


Saya dan adik-adik saya bersyukur dengan semua keadaan itu. Bersyukur atas didikan penuh kasih dan cinta dari Bapak dan Mama.


Dulu dan Kini aku tahu serta sadar, bahwa kasih sayang orang tua tidak pernah lekang termakan waktu.


“Mereka berusaha menyembunyikan luka dan duka demi anaknya Bahagia. Mereka berusaha tampil prima di depan anak-anak mereka. Mereka tidak pernah memikirkan kapan baju dan sandal digantikan dengan yang baru, sebaliknya mereka selalu berpikir dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan putra dan putri mereka. Mereka rela jalan ke sawah atau kebun tanpa alas kaki di waktu subuh, bekerja tanpa topi hingga keringat di bawah teriknya mentari, dan pulang di waktu petang, asalkan buah hati mereka memakai sandal dan topi. Mereka rela tidur hanya beralaskan tikar di rumah yang berlantai papan, asalkan anak-anak mereka tidur di Kasur yang terbuat dari kapuk”


Sehat selalu Bapak dan mama, we love you


BERSAMBUNG

Iklan

×
Berita Terbaru Update