-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pendidikan Karakter: Intergrasi Tri Hita Karana dalam Perencanaan Manajemen Kelas yang Efektif

| Senin, Januari 02, 2023 WIB Last Updated 2023-03-11T19:17:03Z
Ilustrasi (Sumber: lamaccaweb.com)

Secara luas perencanaan adalah salah satu bagian penting dari kegiatan manajemen, yakni perencanaan, pelaksanaan atau pengorganisasian, pemantauan atau pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Sehubungan dengan itu perencanaan manajemen kelas (PMK) adalah sebagai fungsi manajemen kelas. Dalam manajemen kelas, perencanaan memegang fungsi pertama dalam setiap rangkaian kegiatan pembelajaran. Melalui tahap ini, serangkaian kegiatan pembelajaran direncanakan secara cermat dan efektif.


Menurut Arya Sunu (2015) perencanaan manajemen kelas yang efektif, adalah dengan secara cermat mempertimbangkan berbagai latar belakang, minat dan kemampuan peserta didik di  kelas, dan memungkinkan untuk menarik perhatian peserta didik agar dapat belajar secara menyenangkan. Pentingnya melakukan perencanaan kelas yang baik adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu, fasilitas, meminimalisir kekacauan dan kehilangan fokus dalam pembelajaran (Sunu, 2015). Hal ini mengafirmasi pendapat Arends (1998) dikutip Arya Sunu (2015), bahwa ada empat dampak positif dari perencanaan yang baik, yaitu (1) memberikan arah proses instruksional, (2) memberikan fokus dan tujuan instruksional untuk peserta didik dan orang tua, (3) menghasilkan kelancaran menjalankan pembelajaran di kelas, (4) memastikan penyedian sarana untuk mendapatkan hasil belajar.


Hasil perencanaan manajemen kelas adalah menetapkan indikator pencapaian, perorganisasian materi ajar/atau bahan ajar, pengerganisasian mertode, menetapkan istrumen dan metode evaluasi. Perencanaan manajemen kelas yang efektif adalah satu kesatuan yang  utuh dan saling terkait dalam pelaksanaan, pengontrolan, pengawasan atau pengendalian dan evaluasi atau penilaian pembelajaran. Perencanaan manajemen kelas  menitikberatkan pada usaha menempatkan siswa dan tujuan pembelajaran sebagai fokus utama, dipadukan dengan berbagai metode pembelajaran agar memotivasikan siswa  dalam mengikuti pembelajaran.


Pelaksanaan merencanakan manajemen kelas dilakukan oleh guru sebagai manajer. Dalam kapasitasnya sebagai pendidik, tentu banyak aspek yang dirumuskan untuk membuktikan pengalaman belajar siswa. Salah satunya adalah karakter.


Mendukung hal itu diperlukan salah satu unsur yang secara bersamaan mengasah kompetensi religius, sosial dan ekologis dalam diri siswa. Merencanakan tiga kompetensi ini sejalan dengan konsep Tri Hita Karana (THK)


Nilai-nilai THK direncanakan melalui elaborasi indikator pencapaian pembelajaran, baik jangka pendek, jangka menengah maupun untuk jangka panjang. Dijelaskan Santika Ramini (2022), bahwa konsep Tri Hita Karana adalah filsafat atau pandangan hidup yang menggariskan kesejahteraan hidup manusia dicapai bila manusia mampu mengembangkan harmoni sosial (Pawongan), harmoni ekologis (Palemahan), dan harmoni teologis. Pentingnya merencanakan THK oleh manajemen sekolah (perencanaan tingkat sekolah), perencanaan di tingkat kelas, tingkat dalam kelas, dan melalui pembelajaran, karena secara praktis  dan alamiah setiap individu di sekolah adalah makhluk religius, sosial dan ekologis.


Misi utama pendidik dalam merencanakan manajemen kelas adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Hal itu tercapai bila adanya relasi harmonis dan keteraturan di lingkungan sekolah dan ruang kelas. Sehubungan dengan itu, melalui implementasi konsep nilai-nilai THK dapat memberikan suatu pengaruh terhadap hasil belajar siswa dan hasil kerja guru. Hal ini didasari, karena konsep THK menjaga keharmonisan terhadap sesama (guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa), diikuti dengan sikap taat terhadap agama dan sejumlah regulasi serta menjaga kebersihan lingkungan sekolah dapat memberikan hasil yang baik terhadap upaya mengembangkan aspek kognitif,  aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif yang mampu memberikan tuntunan hidup kepada para siswa (Dikta, 2020). Selanjutnya, dengan nilai-nilai THK, Dikta (2020) meyakini siswa akan menjadi lebih taat terhadap tata tertib sekolah, meningkatkan rasa hormat kepada guru maupun orang yang lebih tua, menumbuhkan rasa bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki rasa peduli terhadap lingkungan.


Dari uraian di atas disimpulkan merencanakan manajemen kelas yang efektif adalah seperangkat kerja dan kegiatan yang terorganisir dengan melibatkan sejumlah pihak di internal dan eksternal sekolah dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Perencanaan yang efektif membutuhkan suatu keadaan yang harmonis, saling menghormati, saling melayani antar guru dengan guru, guru dengan orang tua murid, sehingga terciptanya keselarasan perencanaan dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Perencanaan manajemen kelas seperti ini menciptakan dan menanamkan nilai-nilai spiritualitas, sosial dan nilai-nilai ekologis yang secara konkret diimplementasikan di lingkungan sekolah dan di dalam ruang kelas. Sebagaimana nilai-nilai hidup yang melekat dalam konsep Tri Hita Karana. 


Selanjutnya bereferensi pada Bab III, buku “Manajemen Kelas: Aplikasinya dalam Proses Pembelajaran di Pendidikan Formal” (Arya Sunu, 2015) penulis berupaya mengelaborasi  dan atau mengintegrasikan perencanaan manajemen kelas yang efektif dengan konsep THK. Melalui integrasi dengan konsep THK, penulis beransumsi dapat mewujudkan pendidikan karakter di sekolah.


Intergrasi THK Melalui Ragam Pendekatan dalam PMK yang Efektif

Perencanaan Manajemen Kelas (PMK) yang efektif dilakukan dalam berbagai pendekatan yang berbeda. Pentingnya berbagai pendekatan dalam perencanaan manajemen kelas untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran. Harapan umum dan penting dari hasil pembelajaran adalah terciptanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berkarakter. Harapan ini secara konkret di usahakan oleh satuan pendidikan. Mewujudkan hal itu, berbagai strategi dan kiat-kiat yang selanjutnya diterapkan dalam berbagai pendekatan pembelajaran seperti pendekatan proses, pendekatan produk dan pendekatan hasil. Meskipun beberapa pendekatan ini memiliki perbedaan, namun ketiganya saling terkait untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, salah satunya menguatkan karakter siswa. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Satuan Pendidikan formal dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan, intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler serta terintegrasi dalam semua mata pelajaran. Kegiatan yang terintegrasi dengan upaya pencapaian nilai-nilai karakter membentuk kepribadian yang holistik dalam membangun hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam. Tiga hal ini melekat dalam lingkaran hidup manusia. 


Termasuk di sekolah, baik murid dan guru adalah makhluk religius, sosial dan ekologis. Keseimbangan tiga unsur ini perlu diperhatikan dalam perencanaan pendidikan agar menciptakan kesejahteraan dan kedamaian peserta didik dalam hidupnya. Yang dalam prinsip Tri Hita Karana (THK) adalah tiga sebab kebahagian, yaitu keseimbangan dan relasi harmonis manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan lingkungan.


Tri Hita Karana (THK) secara etimologis bahasa Sanskerta berasal dari kata “tri, hita dan karana”. Tri artinya tiga, Hita artinya bahagia, dan Karana artinya Penyebab; sehingga Tri Hita Karana sebagai istilah diartikan Tiga Penyebab Kebahagiaan (Yhani dan Made Sulastri, 2020). Lebih lanjut Karpika dan Riana (2020) menyebutkan tiga peranan penting THK dalam kehidupan manusia, yakni (1) parahyangan yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, (2) pawongan yaitu hubungan manusia dengan manusia, dan (3) palemahan yaitu hubungan manusia dengan lingkungan. Pentingnya melestarikan dan mengimplementasikan THK dalam ruang lingkup kehidupan manusia karena memberikan pedoman untuk memperoleh kesejahteraan dan kedamaian yang bersumber pada keharmonisan hubungan antar manusia dengan Tuhan (relasi religius), manusia dengan lingkungan (relasi ekologis) dan manusia dengan sesama san (relasi sosial)


Falsafah Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam menjalankan hidup dan aktivitas hidup, yaitu hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan. Tiga konsep relasi ini harus dilaksanakan secara seimbang, selaras antara satu dengan yang lainya sehingga terciptanya hidup yang harmonis, seimbang dan damai.


Mengafirmasi pendapat di atas, bahwa Tri Hita Karana menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dan keselarasan perilaku dalam menjalankan hidup dan pekerjaan, menjalankan  relasi harmonis dengan sesama, alam dan Tuhan adalah sumber kebahagian (Putera dan Wayan Gede Supartha, 2014).


Tiga konsep utama THK direncanakan secara cermat oleh pendidik sebelum kegiatan pembelajaran, baik dalam perencanaan pendekatan proses, produk dan hasil. Dengan pendekatan proses yang bersifat umum merencanakan hal-hal yang bersifat umum, fleksibel dan spontan memungkinkan pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilannya saat pembelajaran berlangsung, seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memimpin doa, mengkreasikan nyanyian keagamaan (nilai spiritualitas), saling berinteraksi antara guru dengan murid, murid dengan murid (sosial) dengan mengutamakan sikap saling menghargai dan menghormati, dan secara bersama-sama mengajak siswa membersihkan ruang kelas untuk menanamkan nilai gotong royong dan ekologis (Sindu Putra et al, 2022).


Demikian pula dalam perencanaan pendekatan produk dan pendekatan hasil, yang dirumuskan secara cermat dan lebih spesifik oleh pendidik, perlu merumuskan aspek-aspek yang dinilai dan metode penilaian yang sesuai, baik untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perlu diperhatikan pula, asas keselarasan dan kesimbangan  dengan kebutuhan serta karakteristik peserta didik. Penekanannya adalah rumusan pendekatan produk dan hasil harus mampu menanamkan nilai hidup dan kehidupan kepada peserta didik sebagai  makhluk THK (makhluk religius, sosial dan ekologis)

 Demikian pula dalam integrasi nilai-nilai THK dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang saling terkait, yakni pendekatan proses, pendekatan produk dan pendekatan hasil. Mengintegrasikan nilai-nilai THK dalam setiap pendekatan tersebut dirumuskan secara matang melalui perencanaan, agar adanya kesamaan konsep dan arah penerapan.


Hal ini sejalan dengan Jayaning Tyas Asih (2022), bahwa pendekatan yang dapat dilakukan dalam menerapkan pendidikan karakter berbasis THK pada siswa di sekolah adalah menerapkan empat pilar, yaitu kegiatan proses pembelajaran, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya sekolah, kegiatan kokurikuler atau ekstrakurikuler, dan kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Artinya dalam merencanakan pendekatan proses dalam pembelajaran, guru sebagai pemimpin perlu merencanakan gambaran umum, yang selanjutkan dikembangkan dalam proses pembelajaran, dengan memperhatikan respon siswa dalam kelas. selebihnya akan berkembang dalam proses pembelajaran sesuai respon siswa dalam kelas. lebih umum, spontanitas, dan fleksibel, dan peserta didik diberi kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.


Perencanaan Manajemen Mengajar dan Belajar

Menurut Arya Sunu (2015) ada tiga perencanaan mengajar dan belajar, yaitu perencanaan tingkat sekolah, perencanaan tingkat kelas dan perencanaan tingkat dalam kelas.  Masing-masing tahapan tersebut memiliki tujuan dan ruang lingkup kerja yang berbeda, namun ketiganya bermuara pada tujuan yang sama, yakni untuk mewujudkan tujuan pendidikan dan pembelajaran


Perencanaan tingkat sekolah  yang melibatkan seluruh tim manajemen sekolah, struktur sekolah dan semua pendidik bertujuan membahas dan menyetujui pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik, menetapkan rencana tunggal tingkat sekolah berdasarkan standar isi masing-masing mata pelajaran pada masing-masing tingkatan kelas; Termasuk dalam perencanaan tingkat sekolah  adalah untuk merangkuman tujuan kurikulum di setiap tingkat kelas, menentukan beberapa tema umum sekaligus untuk memastikan peserta didik mencapai hasil belajar yang telah ditetapkan, serta menetapkan standar penilaian untuk setiap klas (Arya Sunu, 2015)


Mengintegrasikan konsep THK dalam perumusan perencanaan mengajar dan belajar di tingkat sekolah akan memungkinkan menjadi gerakan bersama warga sekolah. Nilai-nilai THK direncanakan untuk diimplementasikan oleh warga sekolah dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakuler. Secara khusus dalam pembelajaran, nilai-nilai THK dirumuskan atau dielaborasikan dalam setiap mata pelajaran, baik melalui pendekatan proses, produk dan hasil. Hal ini mengafirmasi gagasan Primayana dan Ketut Sastrawan (2021), bahwa mengimplementasikan nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana di sekolah membutuhkan keharmonisan dan keseimbangan unsur manusia warga sekolah dalam pengembangan budaya belajar, budaya melayani, dan budaya kerja berdasarkan falsafah Tri Hita Karana dalam membangun kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bersama.


Mendukung implementasi perencanaan pembelajaran di tingkat sekolah, diperlukan kebijakan atau pedoman khusus di sekolah agar seluruh  komponen sekolah mengedepankan prinsip harmonis,  keseimanganban intraksi dan relasi. Dengan adanya lingkungan sekolah yang harmonis, saling melayani, saling membantu, saling menghormati adalah sebenarnya disaat yang sama setiap orang sedang mempromosikan dan mengajarkan nilai-nilai THK kepada yang lain. Sehingga Wiradnyana (2020) mengemukakan pendidikan model THK bertujuan menghasilkan luaran peserta didik yang berkarakter dan berbudaya THK, pendidikan berorientasi THK memiliki fungsi penting sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan bagi peserta didik.


Selanjutnya, dari tingkat sekolah, diterjemahkan dalam pembelajaran di tingkat kelas dan tingkat dalam kelas. Di tingkat kelas melalui proses pembelajaran guru dapat merencanakan pengembangan keterampilan siswa, pengetahuan dan nilai-nilai hidup secara holistik dengan mengintegrasikan konsep THK. Termasuk dalam perencanaan tingkat dalam kelas, guru merencanakan dan mengelaborasi program pembelajaran, merumuskan jenis evaluasi dan metode penilaian sebagai bukti hasil belajar siswa  yang dielaborasi dengan nilai-nilai THK.  Sehingga perencanaan implementasi nilai THK tidak terbatas pada mata pelajaran agama. Sebaliknya dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran. Hal senada diungkapkan Meldania et al. ,(2013), bahwa penerapan THK tidak harus dipelajari dalam pembelajaran agama saja, namun bisa juga kita selipkan pada pembelajaran-pembelajaran umum.


Hal lainya bahwa, merencanakan  implementasi konsep THK dari lingkungan sekolah sampai pada ruang kelas mendukung terwujudnya suasana nyaman, aman dan produktif. Sehingga mendukung  terciptannya pengembangan potensi, minat, bakat dan kepribadian siswa berbasis kearifan lokal, yakni nilai-nilai Tri Hita Karana (Primayana dan Ketut Sastrawan, 2021). Merencanakan manajemen kelas berbasis model THK bertujuan untuk menjadikan sekolah sebagai pusat pembudayaan kompetensi dan pengembangan konsep diri dalam membangun sumber daya insani yang berkarakter budaya belajar (jnana), budaya berkarya (karma), budaya melayani (bhakti), dan bermental sebagai learning person yang mampu menumbuhkan kecerdasan belajar sebagai sentral moralitas untuk  mengembangkan: kecerdasan emosional spiritual, kecerdasan sosial ekologis, kecerdasan intelektual, kecerdasan kinestetis, kecerdasan ekonomika, kecerdasan politik, kecerdasan teknologi, dan kecerdasan seni-budaya (Wiweka Sanga) berdasarkan nilai-nilai hidup harmonis dan seimbang antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (parahyangan), antar sesama manusia (pawongan), dan antara manusia dengan lingkungan/palemahan (Sudira, dalam Wiradnyana (2020)


Meskipun demikian elaborasi nilai-nilai THK dalam program pelajaran harus mengacu pada rencana kelas dan rumusan bidang ajar. Termasuk secara cermat menentukan aspek penilaian, metode dan waktu penilaian. 


THK dalam Perencanaan Masalah Praktis di Kelas 

Primayana dan Ketut Sastrawan (2021) mengemukakan, pengembangan pengembangan pendidikan berbasis nilai-nilai kearifan lokal Tri Hita Karana membutuhkan keharmonisan dan keseimbangan unsur manusia warga sekolah dalam pengembangan budaya belajar, budaya melayani, dan budaya kerja berdasarkan falsafah Tri Hita Karana dalam membangun kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bersama. Mendukung hal tersebut, dalam merencanakan manajemen kelas, pendidik mesti secara cermat merencanakan sumber pelajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik. Termasuk secara cermat menentukan media pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran, merencanakan waktu di kelas, dan perencanaan aspek penilaian dan metode penilaian. 


Sehubungan dengan itu, dengan mengetengahkan konsep THK, manajer kelas berusaha menciptakan keharmonisan di kelas, perencanaan pembelajaran perlu memperhatikan keragaman siswa di kelas, dan mengupayakan pembelajaran aktif, dengan memperhatikan dan merumuskan rencana khusus untuk mengelola serta menangani peserta didik yang mengalami gangguan belajar atau peserta didik yang berkebutuhan khusus. Hal yang tidak kalah penting lainya untuk menunjukan tanggung jawab peserta didik perlu merencanakan kerja kelas dan pekerjaan rumah.


Dirangkum dari berbagai sumber oleh: Feliks Hatam


Kesimpulan 

Kegiatan perencanaan dalam manajemen kelas adalah hal penting dan utama sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Perencanaan yang efektif memungkinkan terciptanya mutu pembelajaran. Untuk menghasilkan perencanaan mengajar dan belalajar yang efektif  membutuhkan kedamaian batin dan sosial, eharminisan, nilai-nilia tangung jawab seagai makhl sosoal, religius dan ekologis. Sebagimana yang tersebut dalam konsep Falsafah Tri Hita Karana yang menekankan tiga hubungan manusia dalam menjalankan hidup dan aktivitas hidup, yaitu hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan. 

Sehingga pendidik sebagai makhluk religus (spritual), sosial dan ekologis dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran perlu secara seimbang dan selaras mengimplementasikan tiga sebabab kebahagian tersebut agar  terciptanya lingkungan sekolah dan suasana belajar yang harmonis, seimbangan dan damai. 


DAFTAR PUSTAKA

Asih, Jayaning Tyas. 2022. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Tri Hita Karana (THK) Pada Siswa Sman Satu Atap Lembongan. Indonesian Journal of Educational Development.Volume 3 Nomor 2.10.5281/zenodo.7033374. Diunduh pada 15 November 2022.

Dikta. 2020. Pembelajaran Berorientasi Tri Hitakaranasebagai Upaya Penguatan Kualitas Pendidikandasarpada Abad Ke-21. Vol.4.No.1. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. https://ejournal-pasca.undiksha.ac.id/index.php/jurnal_pendas/article/view/3103. Diuduh pada 14 November 2022.

Karpika, I Putu dan dan Riana Mawar Mentari. 2020. Penerapan  Layanan  Bimbingan Klasikal Berbasis Tri Hita Karana dalam Meningkatkan Karakter Siswa Tahun Pelajaran 2019/2020. Indonesian Journal of Educational Development Volume 1 Nomor 3. https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/ijed/article/view/940/766. Diunduh pada 9 November 2022. 

Murtadlo Muhamad. 2021. Karakter Siswa Menurun: Refleksi Pembelajaran Masa Pandemi. https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/indeks-karakter-siswa-menurun-refleksi-pembelajaran-masa-pandemi. Diakses pada tanggal 9 November 2022.

Putera, I Dewa G. Wahyudi dan Wayan G. Supartha. 2014. Penerapan Konsep Tri Hita Karana Dalam Hubungannya Dengan Budaya Organisasi di Rektorat UNUD. https://www.neliti.com/id/publications/249335/penerapan-konsep-tri-hita-karana-dalam-hubungannya-dengan-budaya-organisasi-di-r. Diunduh pada 11 November 2022. 

Primayana, Kadek Hengki dan Ketut Bali Sastrawan. 2021. Urgensi Manajemen Pendidikan Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Tri Hita Karana dalam Meningkatkan Komitmen Organisasional Guru. Edukas: Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 2, No. 2, 2021. https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/edukasi/article/view/1797. Diuduh pada tanggal 10 November 2022.

Peraturan Presiden  (Pepres) Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Sunu, I Gusti Ketut Arya. 2015. Manajemen Kelas: Aplikasi dalam Proses Pembelajaran di Pendidikan Formal. Yoyakarta: Media Akademik.

Sindu Putra, Ida Bagus Komang, Nyoman W. T. Ariani, Marsono, Putu A. S. Dewi, I Gusti L. A.Wiranata. 2022. Guru Sadar Lingkungan Berbasis KonsepTri Hita Karana. Sevanam Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol.1.No.2.

 http://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/SevanamPM/article/view/1463/1010. Diunduh pada 19 November 2022. 

Sudira, Putu. 2014. Konsep dan Praksis Pendidikan Hindu Berbasis Tri Hita Karana. http://eprints.uny.ac.id/30420/1/13-SEM-NAS-IHDN-DPS.pdf. Diunduh pada 10 November 2022. 

Santika, Ni Wayan Ramin. 2022. Manajemen Pendidikan Dalam Konsep Tri Hita Karana. Vol.6 . No. 1. https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing. Diunduh pada 19 November 2022. 

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Yhani, Putu Cory Candra dan Made Supastri. 2020. Filsafat Tri Hita Karana sebagai landasan

menuju Harmonisasi dan Hidup Bahagia. Jurnal Agama Hindu. Vol.1.No.1. https://jurnal.ekadanta.org/index.php/sruti/article/view/60. Diunduh pada 19 November 2022. 

Wiradnyana, I Gd. Arya. 2020. Pengelolaan Lingkungan Belajar Berbasis Tri Hita Karana Di Tk Eka Dharma Sebagai Upaya Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan. Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama dan Budaya. Volume 4, No. 1. https://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/widyacarya/article/view/551. Diunduh pada 18 November 2022.


Iklan

×
Berita Terbaru Update