-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menuju Mutu Pendidikan BerAKHLAK (Bagian IV): Pegertian Mutu

| Sabtu, Januari 07, 2023 WIB Last Updated 2023-03-11T19:12:16Z
 Menuju Mutu Pendidikan BerAKHLAK (Bagian IV): Pegertian Mutu (Ilustrasi)


FELIKHATAMID.com-Pengertian mutu-Kamus besar bahasa Indonesia (e-KBBI) setidaknya memberikan empat arti mutu, namun dalam kaitannya dengan tulisan ini penulis mengambil salah satu dari arti tersebut, yakni mutu melekat dengan ukurang baik dan buruk suatu benda; kadar; taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya);  dan kualitas.


Sementara itu, menurut Sinha dan Wilborn (dalam Ibrahim dan Rusdiana, 2021:7), bahwa mutu adalah  (1) tentang apa yang dipikirkan, yang dirasakan, dan dialami oleh seseorang; (2) mutu diidentikan dengan keunggulan atau ciri khas yang membedakan antara satu dengan yang lain.


Termasuk Edward Sallis (2002) mendefinisikan mutu atau kualitas adalah sebagai sesuatu yang memuaskan dan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan  konsumenlah yang membuat penilaian atas kualitas. Sehingga Tom Peters menekankan, bahwa persepsi dan penilaian kualitas oleh pelanggan atau konsumen menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam menghasilkan barang atau jasa, dari pada menentukan harga (ibid)


Mengafirmasi pendapat Sallis (2002), Render dan Heizer (2001) dikutip Suranto (2019:6) yang mengemukakan mutu perlu diperhatikan secara serius oleh instansi, organisasi atau perusahan karena memberi manfaat terhadap (a) biaya dan kebutuhan pasar, (b) reputasi perusahan; (c) pertanggungjawaban atau akuntabilitas produk, (d) bahkan implikasi internasional.


Diakui bahwa, masing-masing individu sebagai konsumen memiliki persepsi tentang mutu atau kualitas. Namun, dalam kaitannya sebagai produsen perlu adanya persamaan konsep atau persepsi tentang mutu. Menjawab hal tersebut, perlu adanya standar mutu. Menurut Ahyari (1985) dikutip Suranto (2019:7) standar mutu adalah seperangkat usaha untuk menentukan patokan berdasarkan perhitungan dan pengukuran dari produk, dengan memperhatikan (a) persaingan dan kualitas produk, (b) kegunaan hasil produk, (c) mutu sesuai dengan harga jual; (d) menempatkan staf yang secara khusus meneliti ulang tentang kualitas atau mutu produk agar selalu menghasilkan produk sesuai keinginan pelanggan.  Dalam konteks ini, mutu dipahami sebagai kesesuaian barang atau jasa yang dihasilkan dengan standar yang telah ditetapkan.


Sementara menurut Internasional Standar Organization (ISO) yang merupakan anggotanya terdiri atas badan standar nasional  dari European Community (EC) dan European Free Trade Association (EFTA) mendefinisikan mutu sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar [Berian (1993) dalam Sumadi, 2006].


Mutu adalah semangat dan cita-cita untuk menyenangkan pelanggan sesuai kemajuan dan perkembangan zaman. Benarlah pendapat Edward Sallis (2002), bahwa mutu bukanlah absolut tetapi relatif. Bahwasannya spesifikasi mutu di setiap perubahan dan kemajuan zaman terus berubah dan berbeda, sehingga perusahaan atau penyedia jasa perlu menjaga kebutuhan tersebut.


Dari uraian di atas disimpulkan, mutu adalah orientasi kinerja terbaik untuk memberi kepuasan kepada pelanggan. Hasil atau output bermutu adalah hasil dari keseluruhan proses yang bermutu. Penekananya, mutu tidak dilihat dari akhir atau output, tetapi keseluruhan proses untuk menghasilkan output.


Bersambung ke Bagian V

Ikuti terus Felikshatamid.com, untuk  mendapatkan ulasan ringan tentang Menajamen Sumber daya manusia, Total Quality Management, Resensi Jurnal terbaru, administrasi pendidikan, dan artikel lainya.

Dikaji/dari berbagai sumber oleh: Feliks Hatam


Menerima Tulisan

Felikshatamid.com, menerima tulisan dari pembaca, yakni opini, puisi, cerpen dll. 

Yuk, kirim tulisan Anda di: felikshatamntt@gmail.com


Iklan

×
Berita Terbaru Update