-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Covid-19, Darurat Lingkungan dan Panggilan Ekologis

| Minggu, Januari 29, 2023 WIB Last Updated 2023-01-29T13:23:29Z

Penulis

FELIKSHATAMID.com (REPUPLIKASI*)-Manusia dengan seluruh makhluk hidup adalah satu sistem. Relasi antaraorganisme dalam sistem itu menunjukkan bahwa semua makhluk hidup berperacon dan berfungsi khas untuk mempertahankan kehidupan bersama. Namun, hilangnya berbagai macam keanekaragaman hayati oleh kegiatan manusia menyebabkan menurunya fungsi vital alam hingga berada pada kondisi darurat.

Kerusakan ekosistem  melemahkan fungsi alamiah alam untuk mengobati dirinya dan menurunkan perannya untuk mencegah penularan penyakit. Pandemi Covid-19 saat ini juga merupakan bagian dari degradasi lingkungan tersebut. Kondisi ini memanggil kita untuk kembali melihat prilaku kita terhadap lingkungan.

Review Isu Darurat Lingkungan dan Penyakit Menular


Pengrusakan hutan, peralihan fungsi lahan, perburuan liar, dan aktivitas semacamnya berpengauh buruk pada ekositem seperti punahnya keakeragaman hayati. Pada sisi yang lain, berbagai penyakit menular muncul karena lemahnya fungsi alam dalam mempertahankan keanekaragaman hayati sebagai inang dari berbagai bakteri dan virus selaku sumber penyakit menular itu. Maka dari itu, bakteri dan virus tersebut menyasar manusia sebagai inang yang baru. Kenyataan menunjukkan penyebaran penyakit menular meningkat lebih dari tiga kali lipat setiap dekade sejak tahun 1980-an, lebih dari dua pertiga penyakit ini berasal dari hewan, dan sekitar 70% berasal dari hewan liar. Ebola, HIV, flu babi, dan flu burung merupakan beberapa contoh penyakit menular dari hewan ke manusia (detikNews.com, 20/4/2020).


Hal yang sama dikatakan oleh Kate Jones dkk., bahwa selama 1940–2004 ditemukan 335 jenis penyakit baru dan 72% berasal dari satwa liar. Selain itu, studi yang dilakukan oleh John Vidal menunjukkan bahwa virus ebola disebabkan oleh pengrusakan hutan oleh aktivitas pembalakan liar dan penambangan emas (klasika.kompas.id, 17/2020)


Dari fakta di atas, hutan harus dipahami secara holistik. Hutan bukan hanya tempat tumbuhnya pohon-pohon, melainkan juga satu ekosistem yang di dalamnya terdapat ribuan bahkan miliaran makhluk hidup termasuk virus dan bakteri. Kita tidak menyadari bahwa setiap spesies di permukaan dan di dalam perut bumi berperan khusus dalam ekosistemnya yang memungkinkan alam berkekuatuan alamiah untuk membatasi penularan virus dan bakteri dari hewan atau satwa liar ke manusia. Bila beberapa kelompok spesies dalam eksosistem punah, benteng pertahanan eksistensi manusia rapuh.


Mudahnya penularan virus dari satwa liar ke manusia berkaitan dengan hutan tropis dunia yang berada pada kondisi darurat. David Hayman, profesor bidang ekologi penyakit menular di Universitas Massey, mengatakan bahwa dalam beberapa abad terakhir, hutan tropis sudah berkurang  hampir 50%, keadaan ini berakibat buruk pada ekosistem (detikNews.com, 20/4/2020). 

Sementara itu, David Quammen meringkas siklus dan penyebab munculnya penyakit yang sebelumnya berada di hutan dan satwa liar selaku inangnya, akan mencari manusia selaku inang baru karena kehilangan habitatnya akibat kerusakan hutan dan punahnya keanekaragaman hayati (klasika.kompas.id, 17/2020)


Hasil penelitian terbaru yang dilakukan Christine Johnson, dkk., dari University of California, sebagiamana dikutip nationalgeographic.grid.id (9/4/2020) menunjukan bahwa penurunan populasi satwa liar memfasilitasi penularan penyakit dari hewan ke manusia. Covid-19 yang melanda dunia saat ini dapat dijelaskan dalam alur serupa. Selain itu, eksploitasi terhadap alam seperti perburuan masif satwa liar, penebangan hutan, dan urbanisasi telah menggeser populasi hewan yang menyebabkan penyakit menular dapat menyebar ke manusia.


Masih banyak pembuktian riset yang menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang buruk akan memberi kemudahan pada penyebaran penyakit menular. Sebaliknya, keadaan ekosistem yang natural akan mempertahankan imunitas atau memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia.


Panggilan Ekologis

Bumi (lingkungan) adalah rumah seluruh makhluk hidup lintas generasi. Bumi yang baik adalah gambaran hidup manusia itu sendiri. Manusia dalam keistimewaannya sejak diciptakan dipanggil untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam menggunakan kekayaan alam untuk kesejahteraan umum, tanpa mengabaikan makhluk lain dan keberlanjutan masa depan bumi.


Kerusakan lingkungan yang berpangaruh buruk pada tatanan kehidupan manusia dan munculnya berbagai jenis penyakit pertanda bahwa lingkungan sedang berada pada kondisi krisis. Kenyataan ini  memanggil semua orang untuk merenungkan dan mengevaluasi kembali segala kebijakan, sikap, dan cara pandang yang menyebabkan degredasi ekologis demi masa depan bumi yang lebih baik. Sadar akan tindakan manusia yang menyebabkan kerusakan bumi, Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si (2015) menunjukkan keperihatinannya dengan mengundang seluruh umat manusia untuk bersama-sama memulihkan bumi sebagai rumah bersama.


Paus Fransiskus menuliskan “Saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena tanpa tanggung jawab kita menggunakan dan menyalahgunakan kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya. Kita bahkan berpikir bahwa kitalah pemilik dan penguasanya yang berhak untuk menjarahnya.


Kekerasan yang ada dalam hati kita yang terluka oleh dosa, tercermin dalam gejala-gejala penyakit yang kita lihat pada tanah, air, udara dan pada semua bentuk kehidupan. Oleh karena itu, bumi terbebani dan hancur, termasuk kaum miskin yang paling ditinggalkan dan dilecehkan oleh kita; Tantangan yang mendesak untuk melindungi rumah kita bersama mencakup upaya menyatukan seluruh keluarga manusia guna mencari bentuk pembangunan berkelanjutan dan integral, karena kita tahu bahwa perubahan itu dimungkinkan”(Laudato Si, 2, 13). Seruan ini untuk semua umat manusia di seluruh dunia karena dipersatukan oleh bumi yang sama. Oleh karena itu, untuk masa depan bumi yang lebih baik dibutuhkan gerakkan pemulihan terhadap kerusakan tersebut.


Pertama-tama adalah mengubah cara pandang kita terhadap bumi dan seluruh kekayaannya, bahwa potensi alam diarahkan untuk kesejahteraan umum (bonum commune) dan manusia bukanlah “penguasa” atas alam. Tindakan menggunakan potensi alam yang mengabaikan kepentingan umum dan keberlanjutan ekosistem dapat melemahkan martabat dan benteng pertahanan manusia. Kita harus mengakui fungsi dan kekuatan alam dalam mempertahankan kehidupan seluruh makhluk termasuk manusia. Kita mesti berpikir panjang tentang kebijakan yang menghilangkan rumah satwa liar. Selain itu, kita perlu mengembangkan industri pertanian dan pariwisata yang ramah lingkungan dengan memberdayakan masyarkat untuk mengembangkan potensi lokal, menjaga keutuhan keanekaragaman hayati, mengubah prilaku serta memahami tanggung jawab kodrati manusia untuk seluruh makhluk hidup. Aksi-aksi tersebut adalah panggilan ekologis dan pertanggungjawaban martabat manusia kosmis. Patut disadari bahwa bila manusia menderita, itu hanya dirasakan oleh manusia. Namun, jika alam kehilangan fungsi vitalnya, hal itu berpengaruh pada seluruh makhluk.


Panggilan ekologis adalah keberanian diri untuk merefleksikan tindakan kepada seluruh ciptaan dengan menyadari hal-hal berikut. Pertama, manusia dan seluruh cipataan seperti jaring laba-laba, berada dalam sistem  yang tidak terputus dari makhluk lainnya. Kedua, persoalan ekologi yang sedang terjadi oleh keserakahan manusia terhadap alam adalah tindakan yang mengganggu eksosistem, yang menyebabkan kemusnahan manusia itu sendiri. 


Ketiga, pemanfaatan potensi alam harus mempertimbangan hukum lingkungan, yakni relasi seluruh makhluk hidup.  Hukum lingkungan dalam memanfaatkan sumber daya alam adalah salah satu upaya untuk menghindari pandangan mencari keuntungan konomi semata, keutungan yang hanya dirasakan oleh sebagain orang, dan mengabaikan pertimbangan lain.

Pandemi covid-19 membuka hati kita  untuk lebih aktif dan peka terhadap fungsi alam sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam menjamin keutuhan hidup. Aktualisasi konsep panggilan ekologis adalah motivasi spiritual sebagai perwujudan konkret pertobatan ekologis. Selamatkan bumi adalah selamatkan hidup. We are earth. The eart is us.



***


*) Re-publikasi. Tulisan ini pernah dipublikasikan di Harian Umum Flores Pos, Edisi Online, di Letangmedia.id, pada tahun 2021


Iklan

×
Berita Terbaru Update