-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Aku Mencintai Seperti Ini || Puisi Feliks Hatam

| Selasa, Januari 31, 2023 WIB Last Updated 2023-01-31T10:05:21Z



Aku Mencintai Seperti ini

Aku mencintai seperti ini,

Seperti bibir Pantai yang tidak ditinggalkan ombak

Tidak pernah terlambat membasahi bibir Pantai


Aku mencintai seperti ini,

Seperti ombak dengan sengaja berhenti di tepi.

Aku ingin mencintai seperti ini,

Dengan sadar mengatakan cinta,

Sengaja memanjatkan kepada Sang Kuasa

Kelak kita melangkah bersama

Mendayung bahtera rumah tangga yang tidak pernah berujung

Selama nafas berhembus


Aku mencintai seperti ini,

Seperti debur ombak yang selalu sabar tanpa debar

Dengan sengaja hati memilih

Bermitra berlayar mengatasnamakan rasa

Sebab perihal memilih, kaulah yang kupilih sebagai sandaranku


Aku mencintaimu.

Selamanya, dan akan selalu seperti itu

Menjadi alasan untuk aku terus berpijak di atas kaki juang

Bukan lagi janji menenun perasaan

Tetapi tentang sebuah kepastian untuk sebuah pilihan

Selaras racik kata, asah kebiasan menata jawaban rasa

Menjadikan engkau sebagai  alasan untuk kembali.


Entah dari mana  kau berasal kelak

Di sini, di atas segala rindu yang menderu

Aku masih di sini, dengan rasa yang sama .

Aku mencintaimu seperti ini, dan itu


Pantai Cepi Watu Borong, 13/12/2020


 


Yang Ada di Hatimu


Di antara kita sebuah rasa melilit di jantung

Yang kita namainya rasa cinta.

Tak ada yang harus kurapal dengan rapi, sebab kita sudah saling mengikatnya

Kecuali jika kau memilih untuk mamatah.


Seiring berjalannya waktu.

Ada kita selalu bersepakat untuk segala sesuatu.

Komitmen, misalnya

Kekasih, kau tau mengapa aku jelaskan rindu?

Di hatimu.



Bag, kupu kupu

Di hatimu tempat metamorfosisnya rasa.

Aku ingin menyelam lebih ke dalam lagi.

Hingga akhirnya waktu merestui.


Asmara pada puncaknya

Adalah plaminan, tempat segala  ingin

Kumau, kau menjadi yang terakhirku.



 Di Bibirmu, Aku Tak Rela

Walau hanya sekedar menatap

Pada lekuk bibirmu yang lembab itu

Aku telah terlanjur basah untuk sebuah cemburu

Kau mengigitnya pelan, perlahan membunuh asaku.


Pada menit ke sekian,

Aku menaruh harap diujung cangkir kopi

Barangkali, kau mengecupnya sekali lagi.

Aroma lipstik dan kopi menyatu menjadi  kau yang seksi di mata

Seruput sederhana menyita waktuku


Dalam keheningan itu,

Aku bilang kepada-Nya.

Ini seperti puisi tetapi entah apa namanya.

Satukan kami, kelak

Iklan

×
Berita Terbaru Update