Banyak hiasan atau pemandangan yang memanjakan mata, hingga hati menarik hikmah akan karya Sang Khalik. Banyak jenis makanan atau minum yang memanjajakan bibir, atau membuat lidah merbiarkan jatuh cinta pada setiap hal yang dimakan atau yang diminum. Kopi salah satunya. Kopi memanjajakan rasa yang membuat bibir dimanja oleh secangkir kopi. Hingga hati, berkata, sungguh luar biasa kasihMu Pemilik Kehidupan, Engkau telah mengaruniakan mereka dengan talenta yang tak kumiliki. Sebab kalau tidak, aku tidak dapat memanjakan mata dengan pemandangan yang beragam, aku tidak dapat memanjakan bibirku dengan kopi. Kemana saya harus membeli kopi, kalau tidak ada yang jual kopi, kemana saya harus mencari teman, kalau Engkau tidak menciptakan yang lain. Karena itu, aku juga adalah aku yang lain untuk orang lain, dan orang lain adalah, ada untuk aku sebagai pribadi”
Toleransi: Ragam Umpama untuk Satu Nama
Namanya?
Namanya Toleransi. Banyak kode kalau bersedia bersamanya. Banyak cara mendapatkannya, asal setia, walau duri mencoba menusuk. Banyak alasan untuk menikahinya, asal tahan dalam tantangan. Memilih nama Toleransi, bukan alternatif, tapi keharusan dalam menjawab kebersaman yang plural. Bukan sulit mendapatkannya asal asah hati untuk melihat yang lain sebagai pribadi yang mempunyai hati.
Namanya Toleransi, bukan dipilih dalam kata, atau emas dalam akal. Tapi nyata dalam cara, supaya ada tawa disetiap warna. Dipilih dalam langkah bersama, agar ada alam sahabat dalam keberagaman. Dipilih dalam sikap untuk cipta kita dengan rasa saudara.
Namanya Toleransi. Banyak umpama, untuk mengenalkan nama itu. Nama itu dipilih untuk ada dalam hangat sebagai saudara. Saudara bagai tali. Bila tali itu putus. Maka kisah dengan Toleransi juga putus. Karena itu, bila tali itu putus, sambungkan dengan tulus, demi mengusung insan iklas menerima yang berbeda.
Namanya Toleransi. Dipilih, untuk menyuburkan setiap suku dalam semua unsur di Negeri ini. Toleransi, kerukunan adalah buahnya. Pupuk, bila ditaburkan ke tanah, pasti menyuburkan.
Toleransi adalah pupuk untuk menyuburkan rasa dan relasi antara sesama. Jangan biarkan, pupuk itu habis tetelan waktu, musnah karena urusan yang tak berguna. Urusan tak berguna, yang membuat manusia plural merusak. Semua insan plural, profesinya beragam. Profesi akan profesional, bila dikawinkan dengan Toleransi. Perkawinan itu akan membuhakan keadilan, kerukunan, solid, tentram, dan aman yang tak kenal masa.
Namanya Toleransi. Dipilih. Karena untuk menciptakan iklim diri dan yang lain lebih harmonis. Di pilih. Demi cipta cerita yang manis disetiap iklam, bukan miris disetiap sisi musim. Namanya Toleransi. Universal. Dipilih, tak mengenal cantik, dipilih tak mengenal ganteng, dipilih tak mengenal tua atau muda, dipilih tak mengenal profesi. Karena nama itu universal, dipilih tak mengenal waktu. Dipilih. Harus dipilih. Karena nama itu harga mati yang wajib dimiliki.
Toleransi harga mati, dipilih. Nama itu dipilih, dan hidup/dihidupkan dalam diri pada setiap sisi kehidupan. Dipilih, dihidupkan dalam setiap musim, dihidupkan dalam setiap langkah, dihidupkan dalam setiap aksi sebagai saksi bawha diri adalah insan yang mempunyai harga diri dan orang lain.
Namanya Toleransi. Dipilih, disaksikan dalam setiap waktu, dinyatakan setiap insan oleh tiap diri. Bukan karena ingin dipuji. Tetapi dipilih, sebagai panggilan untuk menghadirkan iklas bagi setiap diri untuk saling menerima. Dipilih, sebagai kebajikan dalam mengambil tindakan.
Namanya Toleransi. Dipilih, untuk mengenalkan rasa nikmat disetiap kisah yang melibatkan keindahan keberagaman. Toleransi dipilih, untuk cipta rasa nikmat dan manis yang mengikat keharmonisan. Dipilih, ditunjukkan dalam kehidupan yang majemuk. Toleransi, seumpama nikmatnya kopi bagi pecinta kopi. Kopi dipilih untuk menemani kesendirian, atau dipilih untuk menumbuhkan semangat. Yang pencinta kopi,pasti ada alasan tertentu, begitupun yang lain, ada alasan tertentu memilih minum.
Karena semuanya punya cara tersendiri untuk memberikan keteduhan rasa dalam diri. Tapi, tujuannya sama, tak lain adalah menjawab rasa dan kehausan. Yah. Toleransi dipilih, seperti memilih minuman kesukaan. Karena ada nikmat yang membuat kita bahagia, yang juga bahagia. Bedanya, nikmatnya kopi, hanya bisa dirasakan oleh orang yang minum kopi, begitupun yang memilih minum kesukaan laian.
Namanya Toleransi. Ada perkawinan kata dan rasa. Perkawinan itu, menghasilkan kerukunan, solid, aman, keteduhan, saling menerima dan mengakui, bukan saling melukai. Saling saudara, bukan tumpah darah. Saling mendukung dalam kiprah yang membangun harkat dan martabat manusia. Saling sahabat, bukan saling sekat. Saling mendukung dalam meniti karir, buka saling miris yang akan membuat diri tenggelam dalam iri. Saling menerima, bukan saling menghina.
*****
Namanya Toleransi. Itulah namanya. Sembari minum kopi yang memanjakan bibir, manjakan diri ke arah yang lebih berarti, dengan memilih Toleransi. Berjalam bersama yang lain, bawakan serta nama Toleransi.
Ket: Tulisan 2015, Tidak dirubah sedikitpun (Sebagai evaluasi pribadi saja)