-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kota yang Bebas | Feliks Hatam ID

| Sabtu, September 25, 2021 WIB Last Updated 2022-03-08T11:43:39Z

Edy Feliks Hatam (Foto Tahun 2015, Dokpri)

Kota yang Bebas

Bebas
Itulah secuil harapan sejak generasi itu menetap di kota ini
Harapan untuk sedikit bebas
Bebas seperti kota-kota lainnya.
Walau setetes saja. Asalkan harapan terjawab
 

Kapan kotaku bebas?
Bebas dari keterbelakangan
Bebas untuk sedikit lebih maju dari generasi sebelumnya
Kapan?

 

Bebas
Setiap langkah selalu memanjatkan harapan
Kelak pengetuk keputusan mengulurkan tangan
Menyentuh harapan mengobati derita

 

Kapan kami bebas?
Bukankah mata untuk melihat?
Bukankah hati untuk lebih empati?
Bukankah kaki untuk melangkah menyusuri mereka yang "dilupakan"?
Bukankah telinga untuk mendengarkan suara mereka yang "terlantar atau dilantarkan"?

 

Mungkin
Dilihat, tetapi pura-pura tidak melihat
Dirasakan, tetapi pura-pura tidak dialami
Didengar, Tetapi pura-pura tuli
Mengetahui, Tetapi pura-pura tidak mengenal.

 

Lalu kepada siapa kami mengadu?
Kepada siapa kami bersuara?
Kepada siapa kami berteduh?
Bila semuanya hanya “ya” dalam kata, “berpangku tangan” akan kenyataan.

 

Bukankah kursi empuk itu "diberi" oleh mereka yang menanti janji?

Ataukah, kami tidak berhak mendapatkan janji itu?
Harapan adalah pilihan kami. Menunggu tanpa ujung adalah kekesalan.


 Apakah arti keadilan itu sesungguhnya?
Bagiamanakah menjelaskan kesejateraan yang semestinya?
Dimanakah locos pemerataan pembanggunan itu sesungguhnya?


 Oleh: | Edy Feliks Hatam

*)Puisi ini sudah dipublikasian di Letangmedia.com, dan beberapa media lainya.

 


Iklan

×
Berita Terbaru Update